Kasus Kopi Sianida, Polisi Masih Berkutat Soal Saksi Ahli

-

TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Reserse Kriminal Umum Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Krishna Murti mengatakan belum dikembalikannya berkas Jessica Wongso dalam kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin ke Kejaksaan Tinggi DKI Jakarta karena saksi ahli baru selesai melakukan pemeriksaan, sehingga kelengkapan berkas baru bisa dikebut pada Ahad pekan ini. 

"Berita acaranya kan panjang. Proses penilaian ahli itu membutuhkan rangkaian scientific process. Jadi enggak bisa asal ngomong ahlinya," ucap Krishna di Polda Metro Jaya, Jumat, 8 April 2016.

Menurut Krishna, setiap saksi ahli yang terlibat dalam penyidikan perkara Jessica membutuhkan analisis dengan pendekatan ilmunya masing-masing. "Nah, ahli itu minta waktu. Baru selesai Minggu. Baru nanti kami kebut," ujarnya.

Meski berkas belum dilengkapi, Krishna optimistis pihaknya dapat mengembalikan berkas itu ke jaksa penuntut umum pada pekan depan. "Insya Allah, yakin," tuturnya.

Pada 29 Maret 2016, Kejaksaan Tinggi DKI kembali menyatakan berkas perkara penyidik yang dilimpahkan ke Kejaksaan dalam kasus pembunuhan oleh Jessica terhadap Mirna belum lengkap. Ini kedua kalinya penyidik mengembalikan berkas itu untuk dilengkapi.

Setelah menerima berkas pada Kamis, 31 Maret 2016, penyidik kembali mengumpulkan bukti-bukti yang diminta jaksa penuntut umum, agar perkara tersebut dapat segera dilimpahkan ke pengadilan. Untuk kepentingan penyidikan, kuasa hukum Jessica, Yudi Wibowo Sukinto dan Hidayat Bostam, telah menandatangani perpanjangan penahanan Jessica untuk 30 hari ke depan.

DESTRIANITA K.

Popular posts from this blog

Gang Sartana

-
Sartana bisa disebut nama gang orang Minahasa/Manado yang pernah ada di Jakarta pada era tahun 1960-70an. Pada umumnya mereka ini berasal dari sub etnik-Toulour , yakni orang-orang Tondano dan Passo Kakas, sebagai kaum urban yang bermigrasi ke Ibukota Republik Indonesia, Jakarta . Dilihat dari perspektif migrasi pada umumnya anak-anak muda Minahasa ke Jakarta bukan sekedar didorong oleh kondisi sosial ekonomi di daerah asal untuk mencari lapangan kerja di Jakarta (push-factors), tetapi juga karena daya tarik kota Jakarta sebagai kota metropolitan (pull factors). Daya tarik ini dipengaruhi oleh saudara atau temannya yang sudah lebih dahulu ke Jakarta, sehingga diambil keputusan untuk jadi urban di kota metropolitan tersebut. Selain itu, pihak-pihak yang cukup signifikan mempengaruhi keputusan pergi ke Jakarta adalah para mantan pemberontak Permesta yang sudah sejak pasca pergolakan permesta berada di Jawa/Jakarta (catatan: kebanyakan dari ex-Permesta yang direkrut menjadi pasu
Read more

dr. Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur keempat jakarta

-
Image
Lahir di Curahsuko, Rambipuji sebagai putera dari Manghoerodin Sosroatmojo yang terakhir menjabat sebagai asisten wedono. Soemarno kecil sering di titipkan di rumah bibinya di daerah Wetan Kantor, Jember. Nah karena tinggal di daerah Wetan Kantor ini, sekolahnya pun di HIS Jember yang cukup dekat dengan rumah bibinya (sekarang SMP 2 Jember). Soemarno tinggal dengan bibinya mengingat ayahnya yang asisten wedono selalu berpindah-pindah tempat, dari Silo, Ambulu, Panji (Situbondo) sampai ke Jati Banteng (dekat Besuki). Salah satu guru beliau tinggal di Hotel Djember yang sekarang tinggal sejarah (sekarang BRI Alun-Alun).
Read more