Gempa di Mentawai Akibat Tumbukan Dua Lempeng Besar

Kamis, 01 Oktober 2009 | 20:07 WIB
BANDUNG - Gempa susulan dengan kekuatan 5 SR mengguncang Kepulauan mentawai pada hari kamis diduga gempa ini terjadi karena tumbukan lempeng Indo Australia dari sebelah kiri dan Eurasia di sebelah kanan Sumatera. Mirip seperti penyebab gempa Padang, namun lindu Mentawai dinilai bukan hasil rembetan gempa sebelumnya.
”Kalau di Padang pusat gempanya agak ke darat, di Mentawai dekat garis zona (tumbukan) lempeng,” kata Prof. Dr. Sri Widiantoro, pakar seismologi Insititut Teknologi Bandung, Kamis (1/10).
Saat diwawancara sebelum gempa Mentawai diketahui terjadi hari ini, dia sempat mengkhawatirkan potensi gempa di kepulauan itu. Alasannya, sejumlah titik di zona pertemuan dua lempeng itu sudah diguncang lindu. Misalnya Pulau Simelue dan Nias dengan kekuatan 8,7 skala richter pada 2005 lalu.



Sumber: Tempo Interaktif


Penggal segmen tumbukan Mentawai yang belum pecah, katanya, hampir sama dengan jarak antara Pulau Simelue dengan Nias antara 300-400 kilometer. Ditakutkan, energi yang terlepas sama seperti kejadian pada 1833. Saat itu, kekuatan gempa di kepulauan tersebut tercatat lebih dari 8 skala richter dan menimbulkan tsunami. Dari hasil simulasi yang dilakukan pihaknya, tsunami dengan ketinggian 15 meter bisa mencapai pantai di pesisir Sumatera Barat dan Jambi dalam 10 menit.

Dari catatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, gempa Mentawai 5,1 skala richter pada kedalaman 10 kilometer yang terjadi pukul 10.34 WIB hari ini tidak berpotensi tsunami. Pusat gempa berada di 82 kilometer TimurLaut Sipura, Mentawai, Sumatera Barat, 89 kilometer Barat Daya Padang, 94 kilometer Barat Daya Painan, 99 kilometer Tenggara Siberut, Mentawai, 102 kilometer Barat Daya Pariaman, Sumatera Barat.

Sampai Kamis petang, Sri belum bisa memperkirakan dampak kerusakan yang ditimbulkan gempa karena data-datanya masih belum lengkap. ”Semoga dampaknya tidak besar,” katanya.

Dengan terlepasnya sebagian energi gempa, Mentawai masih dinilai rawan. ”Sisa (energi)-nya tentu masih besar, kemungkinan gempa berkekuatan 8 skala richter masih ada,” ujarnya. Soal waktunya masih sulit diperkirakan. ”Ini bukan untuk menakuti-nakuti, jangan salah, tapi untuk kewaspadaan,” katanya.

Popular posts from this blog

Gang Sartana

dr. Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur keempat jakarta