Motif Kasus Suap Miranda Goeltom
Jakarta Detik.com - Ada 'udang di balik batu' dalam suap Rp 24 miliar oleh Miranda S. Goeltom dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (DGS BI) pada 2004 silam. Uang suap itu ditengarai dari 'sponsor' Miranda. Apa tujuannya?
Wakil Ketua Fraksi PKS Bidang Ekonomi, Keuangan, Industri, dan Teknologi (Ekuintek) Sohibul Iman, menyatakan motif paling kuat penggelontoran uang dari 'sponsor' Miranda adalah untuk mendapatkan keuntungan dari akses informasi terkait operasi moneter (OM) dari BI. Selain itu motif lainnya adalah pemilik bank bermasalah di mana dengan mensponsori tersebut mereka berharap akan mendapatkan perlakuan khusus.
"Patut diduga motif paling kuat adalah mendapatkan akses informasi utama atas kebijakan BI. Sehingga dengan informasi pertama yang cepat dapat menghasilkan keuntungan dari pasar valas. Bisa juga akses untuk mendapatkan bagian tertentu dari alokasi instrumen operasi moneter BI. Sedangkan pemilik bank bermasalah berkepentingan agar mereka tidak mendapatkan sanksi yang terlalu keras atau mendapat perlakuan khusus," papar Sohibul dalam keterangan yang dikutip detikFinance, Senin (30/1/2012).
Memang DGS BI memegang peranan penting dalam setiap operasi moneter BI. Di bidang valas, DGS BI termasuk yang paling tahu soal tindakan intervensi BI di pasar uang. Jika informasi ini bocor, maka pemain di pasar valas bisa mendapatkan untung besar lewat permainan valas.
Menurut Sohibul, kebijakan moneter serta operasi moneter BI merupakan otoritas penuh Gubernur dan Deputi Gubernur BI. Operasi moneter ini sifatnya rahasia dan tidak dapat diawasi oleh institusi apapun. Tetapi, meski hal ini selalu dikatakan rahasia, tidak ada yang menjamin mereka (Dewan Gubernur BI) tidak membocorkan informasi kebijakan moneter dan operasi pasar yang akan dilakukan ke pelaku pasar tertentu.
"Karena otoritasnya sangat besar dan tidak ada mekanisme check and balances yang memadai, sangat potensial disalahgunakan. Saya kira ini juga sudah menjadi rahasia umum, terkait buruknya tata kelola BI di masa lalu. Dengan begitu bisa ditengarai bahwa selain pemilik bank bermasalah 'sponsor' Miranda adalah pemain valas tertentu," tambahnya.
Sohibul mendesak KPK segera mengusut dan mengungkap siapa penyandang dana serta mengungkap motif di balik uang suap Rp 24 miliar dalam pemilihan Deputi Gubernur Senior BI pada 2004 lalu itu secara terbuka.
"Dengan pengungkapan ini akan menjadi terang, berbagai praktik buruk yang selama ini terjadi di sektor keuangan, khususnya terkait dengan kekuasaan bank sentral selama ini. Dan ini juga bisa kita jadikan momentum agar BI betul-betul diawasi dan dikontrol oleh publik secara kuat. Sejauh ini perilaku Dewan Gubernur BI tidak terawasi. Dan kode etik Dewan Gubernur BI yang selama ini belum ada, kita harapkan bisa segera dirumuskan secara komprehensif," pungkasnya.