Warga Dayak Tolak FPI
TEMPO.CO, Palangkaraya
- Kedatangan Ketua Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq dan rombongan
ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Sabtu ini, 11 Februari 2012,
dihadang sekitar 800 orang dari Suku Dayak di Bandara Udara Cilik Riwut
Palangkaraya. Massa sejak pagi hari sudah berkumpul di semua sudut ruang
bandara dengan memakai ikat kepala merah dan ada juga yang membawa
senjata tradisional seperti tombak dan mandau.
Dari pantauan di lapangan, massa mulai berkerumun sejak pagi hari di bandara. Rombongan yang diduga adalah FPI berjumlah empat orang termasuk Habib Rizieq datang ke Palangkaraya dengan menggunakan pesawat Sriwijaya dari Jakarta. Ratusan pemuda Dayak ini sebelum pesawat mendarat sudah tidak sabar mengusir rombongan FPI dari Palangkaraya.
Saat pesawat bernomor badan PK-JNA itu mendarat sekitar pukul 10.30 WIB, ratusan orang yang sudah tidak sabar dan terbakar emosinya merangsek masuk ke dalam landasan pesawat (apron) dengan menjebol tiang pagar bandara. Massa menghadang di depan pesawat yang hanya berjarak sekitar 50 meter.
Namun rombongan yang diduga dari FPI itu tidak kunjung keluar sementara para penumpang telah keluar semua. Tak lama kemudian, setelah memasukkan sejumlah barang, akhirnya pesawat Sriwijaya itu kembali berangkat ke Jakarta sekitar pukul 11.00 tanpa membawa penumpang dari Palangkaraya. Akibatnya ada sekitar 110 penumpang yang telantar.
Petugas Sriwijaya, Iwan, mengatakan pihak penerbangan akhirnya mengganti pesawat lain untuk mengangkut penumpang agar tidak telantar. ”Sekitar pukul 13.00 WIB semua penumpang yang berjumlah 110 orang sudah kembali diterbangkan ke Jakarta,” ujarnya.
Untuk menenangkan warga, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Damianus Jacky datang ke bandara. Gubernur dan polisi meminta warga kembali ke rumah masing-masing karena keamanan sudah ditangani polisi.
Unjuk rasa penolakan kedatangan tokoh FPI ini juga terjadi bundaran besar Palangkaraya. Ratusan pemuda Dayak mendeklarasikan berdirinya Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalteng. Turut hadir dalam unjuk rasa di bundaran besar ini antara lain Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Siun Jarias dan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes.
Saat berorasi, Lukas Tingkes menolak FPI di Kalimantan Tengah dan tidak boleh ada kegiatannya di Kalteng. “Jangan ada orang luar yang mengatur kehidupan masyarakat Kalteng dan juga meminta kepada aparat kepolisian menjaga keamanan di Kalteng,” katanya.
KARANA WW
Dari pantauan di lapangan, massa mulai berkerumun sejak pagi hari di bandara. Rombongan yang diduga adalah FPI berjumlah empat orang termasuk Habib Rizieq datang ke Palangkaraya dengan menggunakan pesawat Sriwijaya dari Jakarta. Ratusan pemuda Dayak ini sebelum pesawat mendarat sudah tidak sabar mengusir rombongan FPI dari Palangkaraya.
Saat pesawat bernomor badan PK-JNA itu mendarat sekitar pukul 10.30 WIB, ratusan orang yang sudah tidak sabar dan terbakar emosinya merangsek masuk ke dalam landasan pesawat (apron) dengan menjebol tiang pagar bandara. Massa menghadang di depan pesawat yang hanya berjarak sekitar 50 meter.
Namun rombongan yang diduga dari FPI itu tidak kunjung keluar sementara para penumpang telah keluar semua. Tak lama kemudian, setelah memasukkan sejumlah barang, akhirnya pesawat Sriwijaya itu kembali berangkat ke Jakarta sekitar pukul 11.00 tanpa membawa penumpang dari Palangkaraya. Akibatnya ada sekitar 110 penumpang yang telantar.
Petugas Sriwijaya, Iwan, mengatakan pihak penerbangan akhirnya mengganti pesawat lain untuk mengangkut penumpang agar tidak telantar. ”Sekitar pukul 13.00 WIB semua penumpang yang berjumlah 110 orang sudah kembali diterbangkan ke Jakarta,” ujarnya.
Untuk menenangkan warga, Gubernur Kalimantan Tengah Agustin Teras Narang dan Kepala Kepolisian Daerah Kalimantan Tengah Brigadir Jenderal Damianus Jacky datang ke bandara. Gubernur dan polisi meminta warga kembali ke rumah masing-masing karena keamanan sudah ditangani polisi.
Unjuk rasa penolakan kedatangan tokoh FPI ini juga terjadi bundaran besar Palangkaraya. Ratusan pemuda Dayak mendeklarasikan berdirinya Barisan Pertahanan Masyarakat Adat Dayak Kalteng. Turut hadir dalam unjuk rasa di bundaran besar ini antara lain Wakil Sekjen Majelis Adat Dayak Nasional (MADN) yang juga Sekretaris Daerah Kalimantan Tengah Siun Jarias dan Wakil Ketua Dewan Adat Dayak (DAD) Kalimantan Tengah Lukas Tingkes.
Saat berorasi, Lukas Tingkes menolak FPI di Kalimantan Tengah dan tidak boleh ada kegiatannya di Kalteng. “Jangan ada orang luar yang mengatur kehidupan masyarakat Kalteng dan juga meminta kepada aparat kepolisian menjaga keamanan di Kalteng,” katanya.
KARANA WW