Ribuan Massa Terobos Blokade Aparat di Lokasi Bentrok Lampung Selatan
Penerobosan blokade ini mengancam terjadinya bentrokan susulan antarwarga.
Ribuan orang memaksa masuk ke Desa Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan, siang ini, dengan menembus blokade pengamanan aparat gabungan, setelah masuk melalui jalan tembus di kebun dan pekarangan warga di sekitarnya.
Penerobosan blokade ini mengancam terjadinya bentrokan susulan antarwarga di daerah itu. Aksi itu merupakan buntuy kejadian Sabtu petang, sekitar pukul 23.00 WIB.
Ketika itu dikabarkan, dua gadis Lampung asal Desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor mendapatkan gangguan dari pemuda asal Desa Balinuraga, sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka.
Insiden itu diduga memicu kemarahan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Sehingga, ratusan warga Agom langsung mendatangi Desa Balinuraga yang mayoritas warganya beretnis Bali dengan menenteng senjata tajam, parang, pedang, golok, celurit, bahkan senjata senapan angin.
Bentrokan antarsuku pun tidak terhindarkan. Dikabarkan, akibat peristiwa tersebut dua warga dari Desa Agom meregang nyawa. Kemarahan warga Desa Agom
pun agaknya kian menjadi-jadi.
Sehingga, pada kemarin siang, sekitar pukul 10.00 WIB kembali terjadi tawuran antarsuku yang melibatkan ribuan warga dua desa tersebut. Akibat penyerangan warga dari Kalianda ke Desa Sidoreno, kemarin, belasan rumah rusak dan terbakar. Bukan hanya itu, tiga warga pun disebutkan menjadi korban tewas dalam insiden tersebut.
Bentrok antarsuku di Lampung Selatan, kemarin, bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di kabupaten itu. Sebelumnya, pada Agustus 2012, bentrokan serupa terjadi Desa Banyuwangi dan Desa Purwosari, di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Aparat kepolisian setempat menuturkan, bentrokan diduga dipicu akibat main hakim sendiri terhadap seorang tersangka pencuri kendaraan bermotor. Tapi kemudian, aksi kekerasan menjadi massa berupa penyerangan warga Desa Banyuwangi ke Desa Purwosari yang mengakibatkan sejumlah rumah dirusak dan
dibakar.
Sebelumnya, pertikaian antarwarga juga terjadi di Kecamatan Padangcermin,
Kabupaten Pesawaran, Lampung. Bentrokan ini dipicu perkelahian antara dua pemuda di sebuah warung nasi, sehingga berakibat masing-masing pihak bertikai membawa kelompok mereka sampai menyulut emosi warga secara lebih meluas.
Akibat ulah kedua pemuda tersebut, terjadi bentrokan antrawarga yang
berdampak pada kantor Polsek Padangcermin menjadi sasaran amukan massa,
karena mereka merasa tidak puas atas penyelesaian kasus yang ditangani
kepolisian setempat.
Akibat bentrok tersebut, pihak kepolisian merugi hingga ratusan juta
rupiah, dan kantor Polsek Padangcermin tidak beroperasi untuk sementara
waktu.
Sementara itu, di awal 2012, peristiwa bentrokan serupa juga terjadi di Sidomulyo, Lampung Selatan, awal 2012. Saat itu, puluhan rumah warga Sidowaluyo, Sidomulyo, dibakar.
Insiden bermula dari percekcokan yang bergeser menjadi aksi baku hantam di Pasar Sidomulyo. Memang dalam insiden awal tersebut, para pelaku sempat dilerai. Tapi aksi kekerasan terjadi hampir dalam sepekan berturut-turut hingga mengakibatkan kerugian material maupun korban luka-luka.
Terkait itu, sekitar 700 personel gabungan dari Kepolisian dan TNI dikerahkan, saat itu.
Ribuan orang memaksa masuk ke Desa Sidoreno, Kecamatan Waypanji, Kabupaten Lampung Selatan, siang ini, dengan menembus blokade pengamanan aparat gabungan, setelah masuk melalui jalan tembus di kebun dan pekarangan warga di sekitarnya.
Penerobosan blokade ini mengancam terjadinya bentrokan susulan antarwarga di daerah itu. Aksi itu merupakan buntuy kejadian Sabtu petang, sekitar pukul 23.00 WIB.
Ketika itu dikabarkan, dua gadis Lampung asal Desa Agom yang sedang mengendarai sepeda motor mendapatkan gangguan dari pemuda asal Desa Balinuraga, sehingga terjatuh dan mengalami luka-luka.
Insiden itu diduga memicu kemarahan warga Desa Agom, Kecamatan Kalianda, Lampung Selatan. Sehingga, ratusan warga Agom langsung mendatangi Desa Balinuraga yang mayoritas warganya beretnis Bali dengan menenteng senjata tajam, parang, pedang, golok, celurit, bahkan senjata senapan angin.
Bentrokan antarsuku pun tidak terhindarkan. Dikabarkan, akibat peristiwa tersebut dua warga dari Desa Agom meregang nyawa. Kemarahan warga Desa Agom
pun agaknya kian menjadi-jadi.
Sehingga, pada kemarin siang, sekitar pukul 10.00 WIB kembali terjadi tawuran antarsuku yang melibatkan ribuan warga dua desa tersebut. Akibat penyerangan warga dari Kalianda ke Desa Sidoreno, kemarin, belasan rumah rusak dan terbakar. Bukan hanya itu, tiga warga pun disebutkan menjadi korban tewas dalam insiden tersebut.
Bentrok antarsuku di Lampung Selatan, kemarin, bukanlah peristiwa pertama yang terjadi di kabupaten itu. Sebelumnya, pada Agustus 2012, bentrokan serupa terjadi Desa Banyuwangi dan Desa Purwosari, di Kecamatan Natar, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung.
Aparat kepolisian setempat menuturkan, bentrokan diduga dipicu akibat main hakim sendiri terhadap seorang tersangka pencuri kendaraan bermotor. Tapi kemudian, aksi kekerasan menjadi massa berupa penyerangan warga Desa Banyuwangi ke Desa Purwosari yang mengakibatkan sejumlah rumah dirusak dan
dibakar.
Sebelumnya, pertikaian antarwarga juga terjadi di Kecamatan Padangcermin,
Kabupaten Pesawaran, Lampung. Bentrokan ini dipicu perkelahian antara dua pemuda di sebuah warung nasi, sehingga berakibat masing-masing pihak bertikai membawa kelompok mereka sampai menyulut emosi warga secara lebih meluas.
Akibat ulah kedua pemuda tersebut, terjadi bentrokan antrawarga yang
berdampak pada kantor Polsek Padangcermin menjadi sasaran amukan massa,
karena mereka merasa tidak puas atas penyelesaian kasus yang ditangani
kepolisian setempat.
Akibat bentrok tersebut, pihak kepolisian merugi hingga ratusan juta
rupiah, dan kantor Polsek Padangcermin tidak beroperasi untuk sementara
waktu.
Sementara itu, di awal 2012, peristiwa bentrokan serupa juga terjadi di Sidomulyo, Lampung Selatan, awal 2012. Saat itu, puluhan rumah warga Sidowaluyo, Sidomulyo, dibakar.
Insiden bermula dari percekcokan yang bergeser menjadi aksi baku hantam di Pasar Sidomulyo. Memang dalam insiden awal tersebut, para pelaku sempat dilerai. Tapi aksi kekerasan terjadi hampir dalam sepekan berturut-turut hingga mengakibatkan kerugian material maupun korban luka-luka.
Terkait itu, sekitar 700 personel gabungan dari Kepolisian dan TNI dikerahkan, saat itu.
Sumber:Antara