Wiyogo Atmo Darminto
Gubernur Jakarta periode 1988 – 1992. Lahir di Yogyakarta, 22 November 1925, dalam lingkungan Kraton Yogyakarta. Menjalani pendidikan formal di lingkungan Taman Siswa, sebelum melanjutkan ke Akademi Militer Yogya. Sebagai Taruna, ia turut terlibat dalam perjuangan revolusi, dan melanjutkan karir di bidang keprajuritan. Kemudian melanjutkan pendidikan di Rangers Course di Fort Benning (AS) tahun 1954. Turut menghadapi pemberontakan DI/TII dalam kapasitasnya sebagai Wakil Komandan Batalyon 330 di Majalengka. Tahun 1965, menempuh pendidikan di Jerman sebelum menjadi Komandan Garuda IV di Vietnam Selatan. Tahun 1973 diangkat menjadi Kastaf KOSTRAD, kemudian berturut-turut Gubernur Akademi AKABRI, Panglima Kostrad serta Pangkowilhan I & II.
Letjen TNI Purnawirawan Wiyogo Atmodarminto, yang akrab dipanggil Pak Wi menjabat Gubernur DKI Jakarta periode 1987-1992. Sebelumnya pria kelahiran 22 November 1922, itu bertugas sebagai Duta besar RI untuk Jepang. Mantan Panglima Kowilhan II (1981-1983) dan Panglima Kostrad (Januari 1978 - Maret 1980) menerapkan program BMW (bersih, Manusiawi dan ber-Wibawa) saat menjabat Gubernur DKI Jakarta.
Sesudah menjadi Duta Besar RI di Jepang, ia menjadi Gubernur DKI Jakarta. Pada masa kepemimpinannya lahir berbagai keputusan penting, yakni kebijakan pembangunan dan perluasan jalan, arteri, jalan layang, jalan tembus bawah (underpass), dan swastanisasi kebersihan. Beberapa keberhasilannya antara lain, mengembalikan fungsi Taman Medan Merdeka (Monas) termasuk pemindahan Arena Pekan Raya Jakarta ke kawasan bekas Bandar udara Kemayoran dan pemindahan terminal bus Cililitan ke Kampung Rambutan. Secara teratur ia melakukan “silahturahmi Minggu pagi” ke pemukiman penduduk dalam kegiatan kebersihan lingkungan, program kali bersih, operasi yustisi dan kebijakan lima hari kerja dalam satu minggu bagi karyawan Pemerintah DKI Jakarta.