DARI SYIRIAH SAMPAI AHOK
Oleh : A. Asyraf PS
Bagi yang awam politik dalam
percaturan ideologi dunia, mungkin ada sebagian dari kita yang bingung, Ahok
itu sebenarnya menganut ideologi apa sih ? Kadang dibilang pro taipan kapital
yang ujungnya disimpulkan sebagai pengemban ide kapitalisme. Tesis ini
sepertinya cocok mengingat Ahok sangat galak kepada warga miskin, yang
dibuktikan dengan kekejamannya menggusur rakyat Jakarta, sebagaimana ciri khas
penganut ideologi kapitalisme. Disisi lain, Ahok dicitrakan sebagai anak emas
Jokowi yang kini banyak disorot karena dianggap membuka kran selebar-lebarnya
masuknya imigran China komunis bertameng pekerja. Disinyalir, bandul ideologi
pemerintah sekarang lebih diarahkan ke China dibandingkan kiblat sebelumnya
yang ke Amerika. Sementara China sendiri masih banyak yang mengidentikkan
dengan komunis. Analisis seperti ini dikuatkan dengan informasi yang berlimpah
ruah yang beredar di media sosial mengenai fenomena bangkitnya PKI dan
komunisme di Indonesia. Mulai ormas asing, kibaran bendera China dimana-mana,
maraknya simbol komunisme, projek-projek pemerintah yang disapu bersih China
hingga rencana mata uang rupiah yang baru yang desainnya mirip dengan Yuan.
Bukankah Kapitalisme adalah musuh
besar Sosialis Komunis ?
Iya betul, sosialisme komunis
memang musuh besar ideologi kapitalisme. Perang Suriah saat ini memberi
gambaran yang sangat gamblang mengenai pertarungan dua ideologi sesat ini.
Bashar Assad yang juga ketua partai Bath yang beraliran sosialisme arab, di
back up Rusia yang merupakan sekutu ideologinya menghadapi makar Amerika dan
Israel yang berupaya mendongkel Assad dan menggantinya dengan pionnya.
Sayangnya, yang jadi korban justru ummat Islam Suriah. Amerika pernah sukses
melakukannya di Irak kepada Saddam Husein yang juga ketua Partai Sosialisme
Bath Irak. Amerika juga pernah sukses ketika melakukannya kepada Moammar
Khadafy yang juga penganut gagasan sosialisme Islam.
Kembali ke Ahok dan taipan
kapitalis proxy China. Betul, bahwa China dan Rusia (dulu penyokong utama Uni
Soviet) dianggap sebagai biangnya negara komunis. Walau tidak sekental
sosialisme negara yang kini hanya dipraktekkan Korea Utara. Namun sejak
kegagalan perestroika glasnost yang berimbas ambruknya Soviet tahun 1991,
sejatinya Rusia dan China tidak lagi murni mengadopsi ideologi komunisme. Putin
sendiri bukan berasal dari partai komunis, bahkan Partai Komunis selalu keok
dalam pemilu Rusia. Berbeda dengan China yang tetap mengadopsi kebijakan satu
partai yakni Partai Komunis China. Rusia dan China sejatinya sedang mencampur
dua ideologi yang sejatinya musuh bebuyutan. Dalam bidang ekonomi kini menganut
paham kapitalisme, namun di politik tetap mengadopsi gaya sosialis komunisme.
Persilangan dua ideologi ini persis sebagaimana gagasan yang diusung Anthony
Giddens dalam bukunya yang fenomenal "third way" atau diterjemahkan
sebagai jalan ketiga berupa ideologi sosdem. Di Barat dan Amerika Latin, kepala
pemerintahan yang menganut sosdem pernah sangat merajai dengan menuai kemenangan
dalam setiap pemilu.
Trus bagaimana dengan nasib ummat
Islam ?
Di Suriah, yang terbaru di
Aleppo, ummat Islam dijadikan sasaran pembantaian aliansi rezim Syiah Bashar
Assad-Rusia-Iran-Irak-Lebanon menghadapi pertarungannya dengan Amerika dan
sekutunya. Dulu pun begitu, rakyat Afghanistan menjadi korban dari pertarungan
Blok Timur Soviet dengan blok Barat yang dipimpin Amerika Serikat. Di Indonesia
sendiri saat ini, Ahok yang digadang-gadang oleh taipan naga yang merupakan
proxy China, kini menghadapi tantangan dari proxy Barat yang mencoba pertaruhannya
dengan mengangkat figur Hari Tanoe. Amerika tentu tidak akan ridho, santapannya
yang lezat selama lebih dari 50 tahun menguasai beragam sumber daya di
Indonesia, tiba-tiba direbut oleh China.
Sungguh, jika tidak segera
berbenah dan menyadari ada dua kekuatan besar yang sedang bertarung
memperebutkan hegemoninya, ummat Islam akan kembali menjadi obyek penderita
sebagaimana pelanduk yang mati saat dua gajah tengah bertarung. Beruntung,
kesuksesan Aksi Bela Islam 212 telah dan tengah menggugah kesadaran ummat ini
bahwa tidak sepantasnya ummat terbaik (khairu ummah) ini hanya menjadi
penonton. Lebih parahnya, kembali menjadi korban dari pertarungan dua ideologi
besar dunia.
Kenapa ?
Karena Islam adalah Ideologi,
maka sudah seharusnya ummat Islam memiliki agenda tersendiri. Setuju