Posts

Showing posts from May, 2016

Peran Ahok dalam Sengketa Sumber Waras

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menginstruksikan pembelian lahan seluas 3,6 hektar Rumah Sakit Sumber Waras.  Pembelian lahan itu kemudian berbuntut panjang, bahkan terindikasi kerugian daerah hingga Rp 191 miliar. Ahok terancam dengan tindak pidana korupsi karena telah merugikan negara, namun semua itu belum mampu dibuktikan secara hukum, oleh karena itu perlu adanya suatu pembuktian dan terlebih dahulu harus mengetahui bagaimana kronologis pembelian lahan RS sumber waras tersebut, dan sejauh mana peran Ahok dalam peristiwa tersebut? Bagaimana kronologi dan peran Basuki dalam pembelian lahan RS Sumber Waras?  

Polemik Sumber Waras, Jerat untuk Ahok?

Simpang siurnya informasi tentang pembelian lahan bermasalah RS Sumber Waras oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI, menimbulkan banyak kerancuan di publik. Kerancuan tersebut itulah yang juga menghinggapi Pemprov DKI sehingga baru tahu belakangan ini bahwa lahan rumah sakit kanker tersebut memiliki dua sertifikat kepemilikan tanah. “Pemiliknya sama, (sertifikat) atas nama RS Sumber Waras sama Bu Kartining Mulyono yang punya Tempo Scan (kepemilikan pribadi),” kata Kepala Dinas (Kadis) Kesehatan, Kusmedi, di gedung DPRD DKI Jakarta, Jl Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Sebagaimana dikutip dari laman Detik, Selasa (11/8/2015). Kusmedi mengatakan, pihak Pemprov tidak ada yang berusaha menyalahgunakan tempat. Namun ia mengakui, karena ketidaktahuan mereka, urusan jual beli tanah ini menjadi rumit.

Basuki Cahaya Purnama Gubernur DKI Jakarta ke-15

Image
Profil Nama Lengkap : Basuki Tjahaja Purnama Alias                 : Ahok | Basuki Tjahaja | Basuki T Purnama Profesi              : Politisi Agama              : Kristen Tempat Lahir    : Manggar, Bangka Belitung Tanggal Lahir   : Rabu, 29 Juni 1966 Zodiac               : Cancer Hobby               : Menulis Warga Negara   : Indonesia Istri                   : Veronica, Veronica Tan

Ir. Joko Widodo Gubernur DKI Jakarta Ke-14

Image
Ir. H. Joko Widodo yang lahir di Surakarta, 21 Juni 1961 lebih dikenal dengan nama julukan Jokowi adalah pengusaha mebel dan Beliau merupakan Walikota Surakarta (Solo) selama dua kali masa bakti 2005-2015. Dalam masa jabatannya, ia diwakili F.X. Hadi Rudyatmo sebagai wakil walikota. Ketika itu, dia dicalonkan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Tahun 2012 ini, Beliau bersama dengan Ir. Basuki Tjahaja Purnama, M.M. (Ahok) menjadi gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta dan selanjutnya menjadi Presiden Indonesia bersama wakilnya Jusuf Kalla.

Fauzi Bowo, Gubernur DKI Jakarta Ke-13

Image
Biografi Fauzi Bowo Nama Lengkap: Dr.-Ing. H. Fauzi Bowo Nama Populer: Fauzi Bowo (Foke) Tanggal Lahir: 10 April 1948 Tempat Lahir: Jakarta Indonesia Agama: Islam Profesi: Politikus Jabatan: Gubernur DKI Jakarta ke-13 (2007-2012) Keluarga Bapak Fauzi Bowo Kakek: KH Abdul Manaf Nama Ayah: Djohari Bowo Nama Ibu: Nuraini binti Abdul Manaf Istri: Hj. Sri Hartati Anak: Humar Ambiya (Tanggal lahir: 20 Juli 1976, Esti Amanda (Tanggal lahir: 5 April 1979) dan Dyah Namira (Tanggal lahir: 1 Februari 1983).

Sutiyoso Gubernur Jakarta ke- 14

Image
Letjen TNI (Purn.) Dr.(H.C.) H. Sutiyoso Gubernur DKI Jakarta ke-14 Masa jabatan 6 Oktober 1997 – 7 Oktober 2007 Panglima Komando Daerah Militer Jaya ke-13 Masa jabatan 1996–1997 Lahir 6 Desember 1944 (umur 71) Sutiyoso saat menjabat Gubernur DKI Jakarta Letnan Jenderal TNI (Purn.) Dr.(H.C.) H. Sutiyoso atau kerap disapa Bang Yos (lahir di Semarang, 6 Desember 1944; umur 71 tahun) adalah seorang politikus dan mantan tokoh militer Indonesia berbintang tiga. Ia menjabat sebagai Kepala Badan Intelijen Negara sejak dilantik oleh Presiden Joko Widodo pada tanggal 8 Juli 2015.[2] Sutiyoso pernah menjabat sebagai Gubernur Jakarta selama dua periode, mulai 6 Oktober 1997 hingga 7 Oktober 2007,[3][4] selanjutnya ia digantikan oleh Fauzi Bowo, wakilnya, yang memenangi Pilkada DKI 2007. Sebagai gubernur, Sutiyoso adalah tokoh yang cukup menarik. Sepanjang dua periode menjadi gubernur, ia sering mengundang kontroversi ketika menggulirkan kebijakan. Kritikan terhadap proyek

Soerjadi Soedirja Gubernur DKI Jakarta ke-10

Image
Letnan Jenderal (Purn) Soerjadi Soedirdja (lahir di Jakarta, 11 Oktober  1938 adalah salah satu tokoh militer dan politik Indonesia. Soerjadi Soedirdja jugamenjabat Gubernur DKI Jakarta periode 1992-1997. Di masa kepemimpinannya, ia membuat proyek pembangunan rumah susun, menciptakan kawasan hijau, dan juga memperbanyak daerah resapan air. Ia juga memprakarsai pembersihan jalan-jalan Jakarta dari becak.

Wiyogo Atmo Darminto

Image
Gubernur Jakarta periode 1988 – 1992. Lahir di Yogyakarta, 22 November 1925, dalam lingkungan Kraton Yogyakarta. Menjalani pendidikan formal di lingkungan Taman Siswa, sebelum melanjutkan ke Akademi Militer Yogya. Sebagai Taruna, ia turut terlibat dalam perjuangan revolusi, dan melanjutkan karir di bidang keprajuritan. Kemudian melanjutkan pendidikan di Rangers Course di Fort Benning (AS) tahun 1954. Turut menghadapi pemberontakan DI/TII dalam kapasitasnya sebagai Wakil Komandan Batalyon 330 di Majalengka. Tahun 1965, menempuh pendidikan di Jerman sebelum menjadi Komandan Garuda IV di Vietnam Selatan. Tahun 1973 diangkat menjadi Kastaf KOSTRAD, kemudian berturut-turut Gubernur Akademi AKABRI, Panglima Kostrad serta Pangkowilhan I & II.

Raden Soeprapto gubernur DKI Jakarta ke-delapan

Image
Raden Soeprapto adalah gubernur DKI Jakarta kedelapan menggantikan gubernur sebelumnya Tjokropanolo. Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah, 12 Agustus 1924 ini menjabat mulai tahun 1982 sampai 1987. Seperti gubernur-gubernur DKI sebelumnya, karier Soeprapto dimulai dari militer. Sebelum menjabat sebagai gubernur pada 1982, dia adalah Sekretaris Jenderal Depdagri. Dengan pengalaman kepemimpinannya, Soeprapto mencoba menangani masalah Jakarta yang sudah sangat kompleks kala itu.

Tjokropranolo, Gubernur ke-7 Jakarta

Tahun 1977 masa bakti Gubernur Ali Sadikin berakhir. Presiden Soeharto melantik Mayjen TNI Tjokropranolo -yang menjabat Sekretaris Militer Presiden menjadi Gubernur DKI Jakarta untuk lima tahun berikutnya. Bang Nolly -demikian ia disapa- mengusung bertekad mewujudkan masyarakat Jakarta yang "Sosialis-Religius." Karena itu berbagai kebijakan gubernur sebelumnya yang dinilai tidak sejalan dengan misi tersebut ia koreksi. Salah satu diantaranya adalah mencabut legalisasi perjudian yang disambut baik oleh Presiden Soeharto. Alasannya, praktek perjudian telah menjalan hingga ke pelosok-pelosok pemukiman telah berpotensi merusak mental masyarakat. Memang jenis judi Pacuan Anjing (Greyhound) cukup di Jakarta. Sedangkan judi Jackpot dogemari oleh banyak anak-anak sekolah.

Gubernur-Gubernur Jakarta

Berikut ini adalah nama gubernur yang pernah memimpin Kota Jakarta dari yang pertama kali tahun 1945 sampai dengan yang terakhir sebelum pilkada yaitu tahun 2007 : 1. Suwirjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1945 - 1951 2. Sjamsuridjal - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1951 - 1953 3. Sudiro - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1953 - 1960 4. Soemarno Sosroatmodjo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1960 - 1964 dan 1965 - 1966 5. Henk Ngantung - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1964 - 1965 6. Ali Sadikin - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1966 - 1977 7. Tjokropranolo - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1977 - 1982 8. Soeprapto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1982 - 1987 9. Wiyogo Atmodarminto - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1987 - 1992 10. Surjadi Soedirja - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1992 - 1997 11. Sutiyoso - Gubernur DKI Jakarta untuk periode tahun 1997 - 2002 dan 2002 - 2007 12. Fauzi Bow

Ali Sadikin, Gubernur ke-enam Jakarta

Image
Ali Sadikin lahir di Sumedang, Jawa Barat, 7 Juli 1927 – meninggal di Singapura, 20 Mei pada umur 80 tahun. Ia seorang letnan jenderal KKO-AL (Korps Komando Angkatan Laut) yang ditunjuk oleh Presiden Soekarno menjadi Gubernur Jakarta pada tahun 1966. Sebelumnya, ia pernah menjabat sebagai Deputi Kepala Staf Angkatan Laut, Menteri Perhubungan Laut Kabinet Kerja, Menteri Koordinator Kompartemen Maritim/Menteri Perhubungan Laut Kabinet Dwikora dan Kabinet Dwikora yang disempurnakan di bawah pimpinan Presiden Soekarno. Ali Sadikin menjadi gubernur yang sangat merakyat dan dicintai rakyatnya. Karena itu ia disapa akrab oleh penduduk kota Jakarta dengan panggilan Bang Ali sementara istrinya, Ny. Nani Sadikin, seorang dokter gigi, disapa Mpok Nani. Gubernur Jakarta. Ali Sadikin adalah gubernur yang sangat berjasa dalam mengembangkan Jakarta menjadi sebuah kota metropolitan yang modern. Di bawah kepemimpinannya Jakarta mengalami banyak perubahan karena proyek-proyek pembangunan bua

Henk Ngatung, Gubernur ke-lima Jakarta

Image
Sebelum menjadi Gubernur Jakarta, Henk dikenal sebagai pelukis tanpa pendidikan formal. Bersama Chairil Anwar dan Asrul Sani, ia ikut medirikan “Gelanggang”. Henk juga pernah menjadi pengurus Lembaga Persahabatan Indonesia-Tingkok 1955-1958. Henk juga merupakan seorang pelukis dan budayawan dari organisasi Lekra yang pada saat itu berafiliasi ke PKI. Sebagai pengurus Lekra ia juga memprakarsai berdirinya Sanggar Gotong Royong.

dr. Soemarno Sosroatmodjo, Gubernur keempat jakarta

Image
Lahir di Curahsuko, Rambipuji sebagai putera dari Manghoerodin Sosroatmojo yang terakhir menjabat sebagai asisten wedono. Soemarno kecil sering di titipkan di rumah bibinya di daerah Wetan Kantor, Jember. Nah karena tinggal di daerah Wetan Kantor ini, sekolahnya pun di HIS Jember yang cukup dekat dengan rumah bibinya (sekarang SMP 2 Jember). Soemarno tinggal dengan bibinya mengingat ayahnya yang asisten wedono selalu berpindah-pindah tempat, dari Silo, Ambulu, Panji (Situbondo) sampai ke Jati Banteng (dekat Besuki). Salah satu guru beliau tinggal di Hotel Djember yang sekarang tinggal sejarah (sekarang BRI Alun-Alun).

Sudiro, Gubernur Ketiga Jakarta

Image
Sudiro dikenal sebagai Gubernur Jakarta untuk periode 1953 – 1960. Pria kelahiran Yogyakarta, 24 April 1911 ini mengeluarkan kebijakan pemecahan wilayah Jakarta menjadi tiga kabupaten yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan. Ia juga yang mengemukakan kebijakan pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang kemudian menjadi Rukun Warga (RW) (RW). Ia meninggal pada tahun 1992. Sudiro adalah Walikota Jakarta pada tahun 1953-1960. Di masanya, Jakarta mulai mengalami pemekaran, yakni dengan membaginya menjadi 3 kabupaten yaitu Jakarta Utara, Jakarta Pusat dan Selatan. Sudiro juga mengupayakan partisipasi warga dalam mengurus lingkungannya dengan gagasan pembentukan Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Kampung (RK) yang kemudian dikenal dengan Rukun Warga (RW). Gagasan membangun landmark Jakarta, yakni Monumen Nasional (Monas) lahir di bawah pemerintahannya, berasalkan ide dari Sarwoko dan didukung Bung Karno. Namun eksekusi pelaksanaannya diteruskan oleh pe

Sjamsuridjal, Gubernur kedua Jakarta

Image
Sjamsuridjal menggantikan Suwiryo menjadi Walikota Jakarta pada 1951-1953.  Sebelumnya dia adalah Walikota Bandung dan Solo.  Masalah-masalah fasilitas hidup dasar sudah menjadi perhatiannya, seperti air, listrik, pendidikan, kesehatan dan pertanahan.  Dia juga membangun pembangkit listrik di Ancol untuk mengatasi masalah listrik yang byar-pet, membangun sarana pengolahan air di Karet, menambah pipa dan suplai air dari Bogor. Sjamsuridjal Lahir di Karanganyar (Kedu) pada tanggal 11 Oktober 1903. Ia sekolah di ELS, HBS kemudian pindah ke MULO, lalu melanjutkan ke Rechtschool di Jakarta. Setelah pendidikannya selesai ia bertugas di Landraad (pengadilan negeri) di beberapa tempat di Pulau Jawa. Dia aktif di Jong Java, Jong Islamitien Bond, Partai Sarekat Islam, Ketua Pengurus Besar Sarekat Sekerja Pegawai-pegawai Indonesia, pengurus Masjumi (masa pendudukan Jepang). Setelah Proklamasi ia menjadi Ketua Komite Nasional Indonesia di Bandung, dan kemudian meningkat menjadi Waliko

Suwiryo Gubernur pertama Jakarta

Image
Banyak yang tidak tahu kalau dahulu Jakarta dipimpin oleh seorang walikota, bukan gubernur. Walikota Jakarta yang pertama diangkat pada masa pendudukan Jepang, di bulan Juli 1945.  Namun saat itu walikota Jakarta adalah seorang pembesar Jepang (Tokubetsyu Sityo). Wakilnya bernama Raden Suwiryo dan Baginda Dahlan Abdullah..

Program Gubernur "Ahok" untuk Jakarta

Image
Merdeka.com -  Wakil Gubernur DKI  Jakarta  Basuki Tjahaja Purnama (  Ahok  ) mengaku telah mencanangkan program-program apabila dia diangkat menjadi gubernur DKI Jakarta, Joko Widodo ( Jokowi ) dilantik menjadi Presiden ke-7 RI. Salah satunya program yang dicanangkan adalah sektor infrastruktur. "Dari segi infrastruktur kita akan bereskan jalan layang untuk bus. Untuk 6 tol dalam kota itu harus ada jalur busnya. Termasuk jalanan inspeksi sungai, inspeksi kereta, bawah layang, semua harus sudah beres dalam tiga tahun," ujar  Ahok  di Balai Kota, Jakarta, Kamis (24/7). Selain itu,  Ahok  menegaskan adanya program sistem poin Tunjangan Kerja Daerah untuk PNS di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Dari sisi sumber daya manusia,  Ahok  diminta  Jokowi  untuk memersiapkan warga dalam menghadapi bonus demografi 2025. 

Sepak Terjang Ahok, Pengusaha yang dikecewakan

JAKARTA -- Keputusan Basuki Tjahaja Purnama atau yang biasa dipanggil Ahok untuk mundur dari partai yang mengusungnya menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarta memunculkan kontroversial. Ahok mundur dari Partai Gerindra, karena ia merasa tidak sependapat dengan usulan pemilihan kepala daerah yang dipilih oleh DPRD.  Usulan Pilkada tak langsung ini direkomendasikan oleh partai-partai dalam Koalisi Merah Putih. Dan kini, usulan tersebut tengah dalam pembahasan di DPR.   Kemunduran dirinya dari Gerindra menimbulkan kontroversial, terutama sejak Ketua DPP Partai Gerindra Muhammad Taufik memintanya mundur dari jabatannya sebagai wagub DKI Jakarta. Hal itu muncul karena keputusan Ahok untuk mundur dari partai. 

AHOK dari Belitung ke Jakarta

J AKARTA, KOMPAS.com  — "Suatu saat, anak saya ini akan jadi bupati," kata Indra Tjahaja Purnama, seorang pria keturunan Tionghoa di Desa Manggar, di pelosok Pulau Belitung, Provinsi Bangka Belitung. Indra mengatakannya di hadapan sejumlah pejabat di daerah tersebut kira-kira 40 tahun lalu. Pada masa itu, cita-cita Indra tersebut seperti pungguk merindukan bulan. Sesuatu yang sulit dicapai pada masa itu karena dia merupakan warga negara minoritas. Ketika itu, putra Indra bernama Basuki baru berusia lima tahun. Bocah kecil yang akrab disapa Ahok itu kemudian menempuh pendidikan SMA dan perguruan tinggi di Jakarta. Setelah lulus kuliah, Ahok kembali ke Manggar untuk menjadi pebisnis.

Biografi Sang Gubernur Bajingan ( Si Ahok )

Ahok lahir dari pasangan pernikahan dini  Indra Tjahaja Purnama (Zhong Kim Nam) dan Buniarti Ningsing (Bun Nen Caw).  Ibunya adalah contoh terbaik untuk program ASI karena bayi Ahok mendapat  ASI eksklusif dari bunya.  Itu sebabnya sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, Ahok sangat mendukung program pemberian ASI ekslusif kepada para bayi. Ia mengaku, kulkas di ruang kerjanya sering dititipi ASI oleh pegawai Pemprov yang sedang menyusui. ” Ibu saya nikah muda, lahir saya. Jadi saya minum ASI mama saya. Jadi saya nggak pernah minum susu bubuk,” papar Ahok tentang masa bayinya.

Dahulu Ahok hanya bercita-cita menjadi seorang Camat

Putra Bangka Belitung itu kini telah menjadi Wakil Gubernur DKI Jakarata. Basuki Tjahaja Purnama namanya. Lebih sohor disapa Ahok. Kariernya di dunia politik telah membawanya hingga ke Ibukota. Namun, perjalanan Ahok tidaklah mudah. Banyak rintangan yang dihadapai pria berkacamata itu. Karir politik itu bermula pada 2003, saat Ahok mulai berpikir terjun ke dunia politik dengan masuk ke Partai Indonesia Baru (PIB).   Sejak di PIB itu, dia tidak pernah menargetkan untuk menduduki jabatan tinggi di pemerintahan. Ahok hanya ingin menjadi camat di tempat kelahirannya, yaitu di Manggar, Belitung Timur.

Ahok Documentary (perjalanan seorang gubernur)

JAKARTA  - Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) telah resmi keluar dari Partai Gerindra. Langkah ini diambil pria asal Bangka Belitung itu karena tidak setuju dengan garis politik partai yang menghendaki kepala daerah dipilih oleh DPRD. Manuver Ahok menerima banyak reaksi. Meski mbalelo terhadap kebijakan partai, sebagian kalangan menyebut aksinya sebagai langkah berani. Sementara, internal Partai Gerindra sendiri menjuluki Ahok sebagai kutu loncat dan tidak loyal kepada partai yang telah membesarkannya.